Diam
Aku diam; Aku juga bingung kenapa aku diam. Kalau tertawa? Salah. Aku tidak ingin tertawa karena untuk kusipitkan mataku saja sulit. Dalam kaca mataku, semua orang sedang tertawa dan aku bertanya pada hati. Siapa yang sedang mereka tertawakan? Dia? Mereka? Atau aku? Kalau menangis? Salah. Menangis itu perih sekali serius aku tidak bohong. Aku jujur kok. Seperti diperas paksa mengeluarkan setetes cairan walau sudah kering. Entah hati atau mata. Semuanya benar benar buram, abu abu dan tak tergambar di otakku. Aku seperti buta, gadis murung tanpa tongkat yang berusaha menerka kemana ujung ceritanya. Bukan seperti, bahkan aku memang gadis itu. Dan kuputuskan saja untuk tertawa seusai menangis. Apalagi setelah aku tau yang ditertawakan benar benar aku.